Pulang magang, seperti biasa, stalking timeline line. Biasanya ada info-info menarik. Termasuk hari ini, salah satu orang Indonesia ada yang berhasil meraih gelar doktor forensik, dan menjadi orang pertama yang menyandang gelar tersebut di tingkat Asia. Cukup keren bukan?
Bukan masalah aku pernah terbesit menjadi ahli forensik. Tapi, ya biar bagaimanapun aku tetep seneng juga. Tapi di lain itu, aku belajar hal lain. Lagi aku diingetin. Tujuan setiap orang berbeda. Seperti dokternya itu, dia jadi ahli forensik tentu bagiannya di lapangan berbeda kan dengan yang lain? Aku rasa dia gak ikut cari jenazah ke lapangan, dia hanya terima jadi. Maksudku terima jadi disini, adalah misal ada jenazah, dia ga perlu mengaduk-aduk tanah misal itu bekas banjir atau tsunami. Pasti ada orang lain yang membantunya bukan? Ada orang lain yang sudah punya tugas untuk itu. Dan ibu itu dia mengambil sampel untuk analisis DNA dan memeriksanya. Semua sudah ada bagiannya sendiri-sendiri bukan?
Seperti aku sekarang, jujur aku pengen banget terjun ke lapangan. Tapi di satu sisi aku sadar, fisikku kurang, aku lemah, mana ada riwayat asma. Kalau misal dipaksain yang ada malah nyusahin orang. Bukannya aku pengen bantu? Dari artikel singkat tadi sedikit mencoba buat baca diri. Tiap orang diciptain dengan perannya masing-masing bukan? Kalau dokter tadi dia menolong orang dengan jadi ahli forensik, aku boleh memilih peranku bukan? Aku gak perlu turun langsung ke lapangan kalau itu malah nyusahin orang kan?
dan aku masih berusaha, dan tak lupa berdoa untuk meraih cita itu..
Bukan masalah aku pernah terbesit menjadi ahli forensik. Tapi, ya biar bagaimanapun aku tetep seneng juga. Tapi di lain itu, aku belajar hal lain. Lagi aku diingetin. Tujuan setiap orang berbeda. Seperti dokternya itu, dia jadi ahli forensik tentu bagiannya di lapangan berbeda kan dengan yang lain? Aku rasa dia gak ikut cari jenazah ke lapangan, dia hanya terima jadi. Maksudku terima jadi disini, adalah misal ada jenazah, dia ga perlu mengaduk-aduk tanah misal itu bekas banjir atau tsunami. Pasti ada orang lain yang membantunya bukan? Ada orang lain yang sudah punya tugas untuk itu. Dan ibu itu dia mengambil sampel untuk analisis DNA dan memeriksanya. Semua sudah ada bagiannya sendiri-sendiri bukan?
Seperti aku sekarang, jujur aku pengen banget terjun ke lapangan. Tapi di satu sisi aku sadar, fisikku kurang, aku lemah, mana ada riwayat asma. Kalau misal dipaksain yang ada malah nyusahin orang. Bukannya aku pengen bantu? Dari artikel singkat tadi sedikit mencoba buat baca diri. Tiap orang diciptain dengan perannya masing-masing bukan? Kalau dokter tadi dia menolong orang dengan jadi ahli forensik, aku boleh memilih peranku bukan? Aku gak perlu turun langsung ke lapangan kalau itu malah nyusahin orang kan?
dan aku masih berusaha, dan tak lupa berdoa untuk meraih cita itu..
Comments
Post a Comment