Bingung juga, kenapa bisa sampai disini, terus menghabiskan waktu selama dua bulan lamanya. Padahal sebelumnya gak pernah terbesit untuk hidup di Ibukota. Sumpek. Ya memang itu yang kurasa.
Sedih, entah aku engga nyaman disini. Di balik bangunan tinggi, dibalik bangunan bangunan elit nan mewah, gak jauh dari situ masih aja ditemui daerah kumuh, orang-orang yang mondar-mandir menjajakan jualannya. Bener bener gak balance. Gak ada keseimbangan, ketimpangan sosialnya begitu tinggi. Jujur aku miris. Kenapa bisa?
Iya oke, mereka semua yang merantau kesini, entah jualan atau apa, aku jamin banyak lakunya, kalau gak laku gak mungkin kan tiap hari datang buat jualan? Dan bisa saja kehidupan disini menurut mereka lebih menjanjikan daripada di kampung halaman?
Memang susah sih kalau sudah urusannya dengan perut. Kadang pengen juga, Ibukotaku sama seperti kota-kota besar di negara maju sana. Begitu rapi dan tertata.
Disini, jujur, aku gak betah. Gak betah dengan suasananya, gak betah dengan orang-orangnya (orangnya gak seramah orang-orang di jogja, tentu saja), mungkin banyak angkot yang memudahkan untuk pergi kesana dan kesini, tapi mereka yang gak teratur kadang bikin kemacetan, sama aja dengan penumpangnya, naik sembarangan, turun sembarangan, kadang bilangnya juga dadakan. TIN TIN TIIIIN TIIIIIN... Berasa udah kebal sama suara itu kalau udah keluar ke jalan. RIBUUUT.
Ada sih busway, tapi beberapa ada yang gak nyaman, terus misal mau kemana, harus naik muter dulu, tapi tetep membantu kok. hehe
Satu yang kusuka dari Ibukota, Kereta Rel Listriknya. Entah aku jatuh cinta dengannya.Kalau Busway masih harus nunggu, dan tetep aja masih bisa ngerasain kemacetan, kalau naik kereta engga, misal harus nunggu ya ga pengaruh, kan ga liat kiri kanan. Seenggaknya ada kereta, jadi aku lumayan seneng dah.. hehe
ini namanya KRL, sebelumnya aku upload di IG, katanya keretanya mirip kereta di jepang lohh.
Comments
Post a Comment