mengapa harus marah?

Tadi sore aku menabrak adek kecil yang naik sepeda di jalan. Jujur aku yang salah. Waktu itu jalan sedang ada perbaikan, dan adek kecil berbaju merah itu jalan jalan ke tengah, tanpa lihat kanan kiri dulu. Aku yang dibelakangnya, kaget dan mengerem mendadak tapi tak cukup berhenti jauh.Bruk adek itu jatuh. Ban motorku bergesekan dengan kakinya, tapi karena pelan jadi dia tak terluka. Aku berhenti dan menanyakan keadaanya. Dia baik saja, dan langsung kabur kerumahnya sebelum aku cek keadaanya. Aku tak kabur. Aku mencoba bertanggung jawab kalau dia terluka. Aku pikir itu juga sebatas senggolan biasa soalnya aku jalan sudah pelan. Begitu pikirku, dan adeknya biasa aja, tak terluka.

Tapi apa. Setelah beberapa meter aku jalan lagi, ada bapak-bapak meneriakiku. Aku disuruh jalan dengan benar. Kurasa aku berjalan sudah benar. Tapi kenapa bapak itu harus meneriakiku? Memarahiku di jalan? Aku tau aku salah. Aku menabrak adeknya. Aku mencoba bertanggung jawab semisal adek itu terluka. Aku tak mungkin sengaja menabraknya. Kenapa harus marah? Kenapa tak bisa berbicara pelan? Kenapa tak menasehati baik baik? Habis menabrak orang tentu saja hatiku tak tenang. Kenapa harus ditambah dapat marah dari orang tak dikenal? Kenapa? Apa itu akan menyelesaikan masalah? Apa aku sepenuhnya salah? Adeknya sepedaan ke tengah tanpa lihat kiri dan kanan sebelumnya, dia main nyelonong gitu aja. Harus kah yang besar selalu salah? Kenapa hanya melihat satu sisi? Aku mau disalahkan, karena emang begitu budayanya. Tapi aku tak mau diteriaki dan di caci di tengah jalan. Udah gitu aja. Bukankah bicara pelan dan baik-baik akan lebih menyenangkan?

Kenapa budayanya seperti itu. Jujur aku tak suka !

Comments