lima satu empat dua dua tahun

Lima satu empat dua dua tahun

Ini bukan sebatas angka biasa.

Lima. Janjiku lima tahun lagi, yang katanya akan memantaskan diri sebelum menemukan imamku yang sejati.

Satu. Janji itu telah terukir satu tahun yang lalu. Ketika umurku memasuki umur dengan dua sebagai angka pertamanya.

Empat. Berarti aku masih mempunyai waktu empat tahun lagi. Satu tahun telah aku jalani.

Dua. Dua tahun bakal aku habiskan di masa sarjanaku, di mana aku masih kuliah di S1.

Dua. Dua tahun setelahnya setelah aku lulus nanti. Dimana keberadaanku.


Entah aku tak pernah tahu. Lima tahun, empat tahun, satu tahun, dua tahun. Itu seberapa lamanya. Apakah aku bisa mendapatkan apa yang ku targetkan sebelumnya.

Satu tahun sudah ku lalui. Secara kasat mata, memang aku tak mendapatkan apa apa. Kalau kata kadeptku, mungkin idealisku hilang. Tapi bukan. Bukan seperti itu. Aku masih punya idealis itu. Aku hanya memandang dari sisi yang berbeda. Aku belajar memahami nasehatnya. Dan tentu saja aku masih mencari jati diriku yang sebenarnya.

Dan sekarang. Waktuku tinggal empat tahun. Waktu yang relatif singkat kupersiapkan untuk pangeranku nanti. Yahh walaupun aku juga gak pernah tahu, apakah aku telah diijinkan untuk bertemu dengan imamku. Atau selama ini kita sudah saling bertemu tapi sama sama tidak tahu. Dan aku juga gatau apakah aku sudah siap bertemu dengannya.

Dua tahun dua tahun dan empat tahun. Seperti itu.

Comments