Intropeksi Diri

Intropeksi diri. Ya, mungkin hal ini yang harus aku lakukan sekarang.
Mencoba melihat apa yang telah aku lakukan selama ini.
Mencoba menoleh kebelakang.
20 tahun 1 bulan 20 hari sudah aku hidup di bumi.
Tapi apa yang telah aku lakukan? Apa yeng telah aku berikan? Sudah gak usah muluk-muluk untuk orang lain, buat diriku sendiri dulu, APAAA? Aku merasa belum berguna. Aku merasa bukan siapa-siapa. Oke mungkin aku selalu teringat, cuplikan kalimat dalam sebuah film "Aku dilahirkan  pasti ada tujuannya". Kalimat ini yang susah untuk aku otak atik. Aku ada tujuannya, dan tentu saja harusnya aku bermanfaat bukan? Tapi apa? Sekarang ini. Akumerasa bukan apa-apa. Mencoba, ya mencoba.. aku selalu melakukan itu, mencoba membuka peluang, mencoba masuk dari setiap peluang-peluang kecil. Tapi lagi-lagi aku selalu tak yakin apakah langkahku ini benar ataukah aku hanya sekadar ambisius saja.Aku merasa heran antara rasa optimisku yang terlalu besar. Aku takut, kalau itu bukan rasa optimis, melainkan sebuah ambisi, atau sebuah rasa kepercayaan diri yang berlabihan. Aku takut kalau aku di akhir tumbang. Ya, aku sudah terlalu sering tumbang. Tak hanya sekali ataupun dua kali, tapi sudah berkali-kali. Pada awalnya aku selalu yakin, aku bisa melewati rintangan itu, tapi pada akhirnya yah seperti yang sudah aku bilang aku tumbang di belakang.

Aku bukan aku kalau begitu saja aku menyerah. Aku tumbang, aku mencoba bangkit, dan aku mencoba berdiri, kemudian berlari lagi.Tanpa pernah memikirkan alasan kenapa aku tumbang. Aku lagi lagi mencoba, lagi-lagi mengulangi kesalahan. Dan aku tak pernah sadar. Tapi hari ini menjadi berbeda. 

Setelah beberapa hari kemarin aku gagal lolos LKTI Dinas Perhubungan, lagi, hari ini hatiku dibuat down. Benar-benar down. Aku mengikuti seleksi AIMS Programs (ASEAN International Mobility for Students Program). Aku down kenapa? Yah, karena aku malu. Aku malu dengan kedua orang tuaku, malu dengan kakekku. Aku takut, benar-benar takut. Aku sudah banyak meminta doa restu untuk kegiatan ini itu, untuk mengikuti lomba ini itu, tapi hasilnya selalu gagal. Kemarin, aku yang merasa optimis aku lolos LKTI Dinas Perhubungan karena menurutku ideku itu memang cemerlang, masih belum lolos. Kemudian, sekarang aku harus dihadapkan realita bahwa sainganku Programs AIMS merupakan temanku terkeren satu angkatan di fakultasku di UGM. Dengan IPK 3,83 dan TOEFL 617 apa yang kurang coba? Sudahlah, aku tak perlu berharap banyak. Dia pasti yang terpilih. Aku sudah mulai untuk menata hati, mencoba mengikhlaskan. 

Mungkin, bagiku aku bisa mengikhlaskan hal tersebut dengan mudah, toh aku juga udah sering gagal. Bisa dibilang hatiku udah bebal. Aku sudah kebal dengan kegagalan. Tapi, sekarang, aku belum sepenuhnya gagal. Aku udah takut duluan. Aku takut, aku malu. Aku terlau banyak berkoar-koar. Mungkin aku diam diantara temen-temenku, tapi aku selalu bercerita dengan orang rumah. Aku selalu bercerita dengan Ibuk, Bapak, Simbah, Kakung, Mae, dan juga kakak. Aku sudah terlalu sering meminta doa ke mereka. Dan aku sudah terlalu sering memberikan harapan-harapan palsu. Setiap aku meminta doa ke mereka, mereka pasti dalam hati berharap aku berhasil. Tetapi apa? Apa yang terjadi. Sudah sering aku gagal. Sudah terlalu sering aku mengecewakan mereka. Aku sudah lelah. Aku sudah bosan dengan kegagalan. Aku bosaaaaaaan !!!

Aku bingung, dan sekarang aku ingin mencoba melihat kebelakang, mengapa aku sering gagal? Mengapa ?

1. Aku tidak pernah totalitas. Aku merasa konsentrasiku terganggu, antara mengurus kuliah atau akademik, mengurus organisasi dan mengurus keperluanku untuk lomba atau kompetisi. Konsentrasiku terpecah. Masih sulit untuk melakukannya dengan maksimal. Ataukah karena aku selalu menyepelekan laporan? Sehingga hal tersebut berdampak pada karya-karyaku?
OKE MULAI SEKARANG AKU SERIUS GARAP LAPORAN !

2. Aku merasa frekuensi solat sunahku berkurang. Dulu aku bisa dibilang rajin solat lail dan juga solat dhuha. Hampir bisa dibilang tak pernah absen. Lah sekarang, solat Lail udah mulai pudar, alasannya aku tidur udah selalu lebih dari jam 12, sering juga tidur jam 1 atau malah jam 2an, tidur jam 3 juga sering. Alasanku engga solat lail, karena aku belum tidur. Lantas aku bertanya, itukan sudah termasuk sepertiga malam ? Kenapa aku enggaOKE solat hanya dengan memegang prinsip itu? Bukankah diterima atau engganya solat kita itu urusan Allah? Bukankah manusia hanya berusaha?
Duhh, itu solat lail, solat dhuha yang dulu selalu aku lakukan sebelum berangkat sekolah atau kuliah juga mulai memudar. Alasannya apa ? Bangun kesiangan ! Udah deh, boro-boro solat dhuha,solat subuh aja jam enam kurang.. Kalau engga, abis solat subuh tidur lagi.  Kaya gini Allah mau sayang kaya gimana? Lah kamu aja kasih waktu buat Allah aja udah di detik-setik terakhir, engga eksklusif lagi.
OKE MULAI SEKARANG AKU RAJIN SOLAT LAIL, SOLAT DHUHA, dan GAK TIDUR LAGI ABIS SOLAT SUBUH !

3. Lagi-lagi kemampuan bahasa Inggris, Aku tadi ketika wawancara merasa down banget. Kemampuan speakingku berasa lebih buruk dari aku waktu masih SMP. Entah apa karena aku jarang ngobrol pake bahasa Inggris atau karena emang aku engga bisa pada dasarnya. Tapi aku takut, dan hal ini merupakan hal yang paling membuat down hari ini. Aku les di LIA, ngabisin duit banyak tapi akunya engga serius, yahh sama aja !
OKE MULAI SEKARANG AKU SERIUS BELAJAR BAHASA INGGRIS, BAHASA INGGRIS ITU PENTING ! DAN AKU ABIS SUBUH BELAJAR BAHASA INGGRIS, ENGGA TIDUR LAGI !

4. Dari alasan-alasanku itu, aku dapat menyimpulkan aku malas. Aku belum bisa ontime, aku belum bisa menghargai waktu, dan aku belum bisa menghargai diri aku sendiri. Kalau kaya gini terus, kapan aku akan berhasil? yang ada hanya kegagalan dan kegagalan yang terus datang, bukannya aku udah bosan?
OKE MULAI SEKARANG AKU SERIUS, AKU ONTIME DAN AKU MENGHARGAI DIRIKU !

Sepertinya hal ini yang bisa aku tulis untuk intropeksi diriku hari ini. Aku sudah bosan dengan kegagalan. Aku ingin berhasil..

Hari ini aku berjanji, aku mau berubah, aku ingin berhasil, aku ingin membahagiakan ibuk, bapak, simbah, kakung, mae, keluargaku, dan aku ingin memantaskan diri.

Sekarang aku lebih sadar, ternyata kamu benar-benar keren, benar-benar istimewa,  apakah perjuanganmu sepertiku? Apakah kamu pernah gagal sampai kamu menjadi seperti sekarang ini?
Ahh kamu, aku ingin menghilang dulu. Aku ingin memantaskan diri dulu,. Aku malu dengan keadaanku.. Apakah kamu menungguku? Aku tak tau.. Mungkin kamu bisa melupakanku..
Tapi makasih, kamu udah jadi motivator semuku..

Comments